Sabtu, 13 April 2013

Open Shortest Path First


1. Pendahuluan
OSPF merupakan interior routing protocol yang kepanjangan dari Open Shortest Path First. OSPF di desain olrh IETF ( Internet Engineering Task Force ) yang pada mulanya dikembangkan dari algoritma SPF ( shortest path first ). Hampir tidak berbeda dengan IGRP ( Interior Gateway Routing Protocol ) pada tahun 80-an. Pada awalnya RIP adalah routing protokol yang umum dipakai, namun ternyata untuk AS yang besar, RIP sudah tidak memadai lagi.
OSPF diturunkan dari beberapa periset seperti Bolt, Beranek, Newmans. Protokol ini bersifat open yang berarti dapat diadopsi oleh siapa pun. OSPF dipublikasikan pada RFC nomor 1247.
Karakteristik Open Shortest Path First (OSPF):
¨ Menggunakan Algoritma link-state
¨ Membutuhkan waktu CPU dan memori yang besar
¨ Tidak menyebabkan routing loop
¨ Dapat membentuk heirarki routing menggunakan konsep area
¨ Cepat mengetahui perubahan pada jaringan
¨ Dapat menggunakan beberapa metrik

2. Cara Kerja OSPF

OSPF bekerja dengan link-state protocol yang memungkinkan untuk membentuk tabel routing secara hirarki. Sebelum berlanjut ke dalamnya, perlu dijelaskan sedikit istilah-istilah umum dalam OSPF, yaitu :
· Area
Area yaitu letak dimana berada sebuah kumpulan network, router dan host biasa. Area di sini bukan berarti area fisik.
· Backbone
Backbone adalah area yang khusus dimana area-area saling terhubungkan. Seluruh area yang ada, harus terhubung ke backbone.
· Stub Area
Adalah area dimana hanya terdapat satu buah gateway / router, tidak ada alternatif lainnya.
OSPF bekerja dengan membentuk sebuah peta network yang dipelajari berdasarkan informasi dari router-router yang berada dalam neighbour. Peta tersebut akan berpusat pada local host. Dari localhost host tersebut akan ada cost untuk menuju network lain yang ditentukan dari hasil perhitungan.
Untuk memudahkan penggambarannya, mari kita bangun sebuah network imaginer demikian :


Gambar Skema Jaringan
Keterangan
Router 1 terhubung ke subnet 10 dan 11
Router 2 terhubung ke subnet 11 dan 12
Router 3 terhubung ke subnet 12 dan 15
Router 4 terhubung ke subnet 13 dan 15
Router 5 terhubung ke subnet 14 dan 15
Pertama-tama network diatas akan dibagi menjadi beberapa area, yaitu :
Area 1 : 10 ( stub area karena hanya mempunyai 1 router )
Area 2 : 11 dan 12
Area 3 : 13 , 14 dan 15
Dan masing-masing router mempunyai neighbour :
Router 1 mempunyai neighbour router 2
Router 2 mempunyai neighbour router 1 dan 3
Router 3 mempunyai neighbour router 2, 4 dan 5
Router 4 mempunyai neighbour router 3 dan 5
Router 5 mempunyai neighbour router 3 dan 4
Router 1 menggambarkan peta network seperti demikian :
Gambar Peta Jaringan
Sebagai localhost, router 1 bernilai 0. Lalu router 2 yang behubungan secara direct dengan router 1 diberikan cost 10 ( 0 + 10 ). Lalu dari router 2 berhubungan dengan router 3 yang bernilai 20 ( 0 + 10 + 10 ) dan pada akhirnya router 4 dan 5 bernilai 30.
Masing-masing link bernilai 10, yang berarti apabila link tersebut dilewati, maka harganya harus ditambahkan 10. Seperti pada contoh router 2 yang bernilai 20 merupakan hasil pertambahan 0 + 10 + 10.
Lalu pada bagian paling bawah dari gambar, ada router 4 dan 5 yang bernilai 40. Hal ini disebabkan router 4 bisa berhubungan lansung dengan 5 tanpa melalui router 3 dan itu akan menambah cost sebanyak 10 lagi. Demikian juga yang terjadi pada router 5 yang bisa dicapai melalui router 4, tanpa router 3. Namun pada akhirnya, cost terrendahlah yang dipilih dalam tabel routing. Yaitu yang bernilai 30 sedangkan 40 dibuang.

0 komentar: